MESKI tak separah lelaki, ternyata kalangan perempuan juga memiliki
masalah jima yang lumayan rumit dalam rumah tangga.
Salah satu masalah
jima perempuan dalam rumah tangga tentunya adalah rasa ketidakpuasan.
Namun, berbeda dengan yang dialami lelaki. Perempuan lebih bisa
mempertimbangkan keputusan yang diambil mengenai ketidakpuasannya itu.
Kebiasaan ‘menerima’ pada kalangan perempuan dalam kehidupan jima
ternyata punya pengaruh dalam menghadapi masalah jima. Perempuan bisa
menyembunyikan masalah jima dalam rumah tangga, dan menanggapi masalah
jima dengan sangat hati-hati.
Meski tak sedikit kalangan perempuan yang melampiaskan hasrat jima
dengan jalan yang menyimpang, namun masih lebih banyak persentase dari
kalangan perempuan yang berusaha bertahan dengan masalah jima yang
mereka hadapi.
Masalah-masalah yang demikian ini
tentu saja berkaitan dengan masalah psikologis yang dihadapi kalangan
perempuan. Secara psikologis, ada beberapa poin berikut menjadi penyebab
masalah jima pada kaum perempuan, atau menyebabkan ketidakpuasan jima kalangan perempuan terhadap pasangannya.
Pertama, ketidakpuasan terhadap bentuk fisik pasangannya. Bisa
disebabkan oleh raut wajah pasangan, hingga kepada bentuk genetik dari
alat kelamin pasangan lelakinya.
Kedua, kegiatan jima yang membosankan.
Ketiga, kerap dianggap remeh oleh pasangannya dalam masalah jima.
Keempat, kegiatan jima yang terlalu kasar dan terburu-buru dari pasangannya juga kerap menimbulkan masalah pada perempuan.
Kelima, sikap pasangan yang selalu selingkuh dengan WIL, yang membuat dirinya enggan melakukan hubungan jima dengan pasangannya.
Keenam, sikap cemburu yang berlebihan yang ditimbulkan oleh beberapa faktor seperti stress,
letih, curiga yang berlebihan, masuknya masa menstruasi yang
diapresiasikan berlebihan, tak tercapainya fantasi jima yang diinginkan
dan rasa rendah diri.
Ketujuh, terlalu letih mengerjakan pekerjaan rumah.
Kedelapan, terlalu cuek dan masa bodoh dengan urusan jima akhirnya membuat hubungan jima jadi hambar.
Kesembilan, adanya perasaan jijik melakukan hubungan dengan pasangannya.
Kesepuluh, tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana memuaskan pasangan dalam hubungan jimaual.
Kesebelas, watak yang keras dan kaku.
Keduabelas, terlalu puas dengan peranannya sebagai ibu rumah tangga sehingga melalaikan tugasnya sebagai pasangan.
Ketigabelas, traumatik pasca melahirkan sehingga membuat gairah jima menjadi menurun.
Sumber : Islam Pos
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar