Karena telah melahirkan gelisah, kesedihan penuh keluh kesah
Menarik diri dari ramainya dunia
Demi memenjarakan rindu agar berbuah satu harapan
Ah…masih saja percaya pada rindu yang mengelabui
Bukalah mata dan hatimu
Karena rindu yang sejati melahirkan bahagia bukan nestapa
Menyemai bebas suasana ketenangan dan keindahan
Jika rindu belum membawamu padanya...
Mungkin ada yang salah
Karena siapa yang sedang kau rindui?
Saya punya cerita, sahabat saya seorang introvet dan pendiam lagi amat pemalu, kami tumbuh dewasa di daerah yang terpisah karena kesibukan kuliah dan bekerja. Sementara dia hanya kuliah dan dibiayai oleh kedua orang tuanya. Tiga tahun waktu begitu singkat berlalu, karena lama kami lost kontak hari itu saya melihat status di wall, kembaran sabahatku menulis, ”Aku rela lakukan usaha apapun, demi adikku sehat kembali, hari ini otw ke RS.”
Kaget, akhirnya lewat dia saya peroleh nomor hape sahabat smp yang lama tak jumpa ini. Saya mulai menanyakan keadaannya, ternyata dia memendam rindu yang teramat dalam kepada seseorang yang dia kagumi. Namun seseorang yang dikagumi dalam diam itu lama tak ada kabar dan menghilang entah kemana. Sahabatku yang malang ini begitu rindu namun tak mungkin juga dia ungkapkan perasaannya pada siapapun. Akhirnya hari-harinya dia habiskan hanya untuk memikirkannya tanpa bisa berbuat sesuatu untuk mengobati kerinduannya itu, lama bertahun hingga rindu menjelma menjadi penyakit fisik. Dia seperti kehilangan kesadaran kala sakit kepalanya kambuh, dan kegelisahan akibat rindu berlebihan itu nyaris membuatnya gila bahkan kehilangan nyawa karena kerap kali dia membenturkan kepalanya ketembok rumah hingga berdarah-darah.
Sebagai sahabatnya saya hanya mencoba menasihati sekena hatinya. Syukurlah dia wanita yang rajin beribadah, sakitnya menjadikan dia kembali khusyu’ pada sujud qiyamulailnya. Itu dia lakukan ketika kesadarannya sedang penuh hingga kadang sampai lecet-lecet lututnya karena tak hentinya dia terus sujud dan sholat.
Entah berapa lama sahabatku mengalami hal seperti itu, ia tersiksa dan hampir gila karena rasa rindu yang tak berhujung. Kini, saya hanya mencoba menjadi pendengar yang baik baginya, bila diperlukan sesekali kalimat penenang jiwanya segera kusampaikan. Buat teman-teman jangan sepelekan perihal rindu yang tak terarah dan benar, karena dia dapat menjadi penyebab gila dan kematian jika sampai menderitanya.
Nah buat yang kadung rindu tak terarah, nih saya punya tips-tipsnya:
Pertama, penuhilah hati dengan rasa cinta, rasa bersyukur, dan senantiasa berdzikir dan beribadah semata karena Allah SWT, bukan yang lain, “Sesungguhnya, sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. (QS. Al Ankabut:45).
Kedua, jagalah pandanganmu, sebab mata yang jalang dan terumbar menjadi penyebab resahnya jiwa dan kesedihan, karena Rasululloh pernah bersabda, ”Pandangan itu adalah salah satu dari sekian banyak anak panah iblis.”
Ketiga, lakukan aktivitas yang bermanfaat sehingga tidak sedikitpun membuka celah lamunan.
Keempat, adalah menikah sacara syar’i. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. (QS. Ar rum 21). Baik, semoga bermanfaat untuk jadi pengingat diri pribadi juga teman-teman semua.
#Jika tak ingin menderita karena rindu tak berujung, mengapa tak kau raih rindu yang selalu bersambut; merindui pertemuan dengan Robbmu dan kekasihNya; Rasul Muhammad SAW."
***
Oleh : Titis As Sausan
Artikel Annida Online
0 komentar:
Posting Komentar