Selasa, Juni 10, 2014
0
ALHAMDULILLAH Ramadhan tidak lama lagi akan menjumpai kita semua. Tentu ini adalah suatu anugerah yang sangat luar biasa. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan agung penuh ampunan tersebut.

Bahkan, mudah-mudahan di Bulan Ramadhan 1435 H ini kita semua bisa benar-benar menjadi insan takwa.

Seorang Muslim yang benar imannya, tentu akan sangat bergembira mendengar Ramadhan akan datang. Sebab bulan mulia ini adalah bulan yang sangat dinanti-nantikan. Tetapi, bagaimana bergembira dengan Ramadhan itu? Inilah yang mungkin belum begitu banyak dipahami manivestasinya.

Jika diilustrasikan kegembiraan itu mungkin sama dengan kegembiraan seorang istri yang setahun tidak berjumpa suaminya. Lantas kemudian datang informasi bahwa tidak lama lagi sang suami akan datang.

Tentu gembira luar biasa perasaan sang istri. Dan, bentuk dari kegembiraannya itu dia akan menjadikan rumahnya sedemikian bersih, rapi, indah dan wangi. Bahkan tidak saja rumah, tetapi juga halaman, bunga-bunga atau tanaman yang mengitari rumahnya.

Mengapa hal itu dilakukan? Tidak lain dan tidak bukan untuk mempersiapkan kedatangan sang suami agar sang suami yang sangat dicintainya.

Dari ilustrasi di atas kita dapat ambil pemahaman bahwa bergembira terhadap Ramadhan bukan sekedar bersenang-senang atau sekedar apa adanya yang bersifat lahiriah, seperti akan bertemu teman, jam belajar lebih pendek, atau bisa ngabuburit bareng teman-teman sebaya. Jelas bukan itu yang dimaksud dengan bergembira.

Wujud Kegembiraan

 

Bergembira yang dimaksud adalah setiap Muslim benar-benar mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan. Bagaimana caranya, tentu tidak bisa lepas dari apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alayhiwasallam. Seperti hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah Radhiyallahu Anha.

“Aku tidak pernah melihat Nabi Shallallahu Alayhiwasallam berpuasa sebulan penuh selain puasa Ramadhan, dan aku juga tidak pernah melihat beliau begitu banyak berpuasa selain pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari).

Artinya, ada persiapan fisik dan mental untuk menyambut Ramadhan. Karena Ramadhan adalah bulan puasa yang di dalamnya banyak keutamaan, tentu sayang jika dilalui tanpa produktivitas tinggi yang penuh arti. Apalagi, dilalui dengan banyak kemalasan dan kemubadziran.

Guna menyongsong Ramadhan dengan fisik tetap prima, maka puasa harus dilatih sejak sekarang (tepatnya bulan Sya’ban), sehingga kala memasuki Ramadhan, fisik dan mental tidak sedang dalam kondisi beradaptasi, tetapi sudah terkondisi, sehingga Ramadhan tidak lagi menjadi alasan seorang Muslim menurun produktivitasnya. Oleh karena itu, perbanyaklah puasa sedari sekarang.

Membangun Komitmen Ibadah

 

Seperti kita pahami bersama bahwa ibadah di Bulan Ramadhan juga menyediakan balasan pahala yang sangat luar biasa. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap Muslim memiliki rencana untuk membangun komitmen ibadah.

Hal ini seperti yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alayhiwasallam sebagaimana hadits yang disampaikan oleh Siti Aisyah Rhadiyallahu Anha.

“Nabi Shallallahu Alayhiwasallam tidak pernah berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Bahkan beliau biasa berpuasa Sya’ban sebulan penuh. Beliau bersabda, “Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah tidak bosa sampai kalian sendiri ang merasa bosan. Shalat yang paling disukai oleh Nabi Shallallahu Alayhiwasallam ialah shalat yang dilakukan secara lestari meskipun hanya sedikit dan jika melakukan suatu shalat, beliau akan terus melestarikannya.” (HR. Bukhari).

Hadits di atas memberikan satu petunjuk bagaimana seorang Muslim mengisi bulan Sya’ban. Selain dengan pembiasaan puasa, sangat dianjurkan untuk membiasakan diri melakukan komitmen ibadah, yang bisa dilakukan secara konsisten dan tersu-menerus. Dalam konteks hadits di atas ibadah yang dicontohkan adalah shalat.

Apabila Ramadhan dianggap bulan penempaan diri, maka sangat baik jika seorang Muslim tidak meninggalkan komitmen ibadah yang telah dibangun sejak Sya’ban hingga menjadi karakter di Bulan Ramadhan. Tetapi terus dipertahankan atau dilestarikan. Misalnya komitmen sholat Dhuha atau Tahajjud.

Membangun Tradisi Ilmu

 

Satu hal yang kadang terlupakan adalah Ramadhan bulan dimana Al-Qur’an diturunkan. Dan, ayat pertama yang diturunkan adalah perintah Iqra’ (membaca). Artinya, Bulan Ramadhan mesti direncanakan sedemikian rupa agar puasa kita lebih bermakna, yakni dengan membangun kecintaan terhadap ilmu.

Berlatihlah untuk berminat mendatangi kajian-kajian keilmuan di masjid, musholla atau pun di televisi dan media massa lainnya. Jangan merasa diri puas dengan sekedar berpuasa. Tetapi sempurnakanlah puasa kita dengan peningkatan keilmuan.

Untuk itu, kala sahur, sebaiknya kita tidak menonton acara televisi yang tidak menyajikan siaran keilmuan. Atau, usai shalat Shubuh kita tidak semestinya tidur lagi. Bahkan, usai Isya’ sebaiknya kita ikut sholat tarawih di masjid, sebab kalau tidak sebagian dari kita mungkin akan tergoda melihat sinetron dan berbagai acara televisi yang tidak konstruktif.

Tetapi, lakukanlah aktivitas-aktivitas keilmuan; membaca Al-Qur’an beserta terjemahnya, syukur Alhamdulillah lengkap dengan tafsirnya. Membaca buku sejarah Nabi dan sahabat atau buku apa pun yang memotivasi kita lebih giat dalam beribadah.

Apabila beberapa langkah di atas dapat dilakukan, insya Allah kita termasuk Muslim yang bergembira kala menyambut dan mengisi Ramadhan. Dan, semoga dengan cara sederhana di atas kita dapat meraskaan kemukjizatan Bulan Ramadhan yang sangat luar biasa. Allahu A’lam.*




Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar

Artikel Hidayatullah

0 komentar:

Posting Komentar