Sabtu, Februari 07, 2015
0
Meningkatnya kasus kejahatan seksual saat ini tidak terlepas dari peran media sebagai penyumbang terbesar aktifitas pornografi dan pornoaksi di masyarakat. Dan jika bicara tentang media yang sangat mendominasi kehidupan masyarakat kini, diantaranya adalah Televisi. Semua golongan masyarakat dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas tidak lepas dari jangkauannya kecuali sedikit. Kita dapat melihat bahwa melalui televisi, serangan pemikiran dan budaya barat disampaikan secara terus-menerus. Dan tanpa disadari, masyarakat kini telah tergiring ke arah peradaban yang diinginkan oleh mereka. Peradaban yang jauh dari nilai Islam.
Gambaran pemikiran dan budaya asing yang dipropagandakan melalui televisi dapat diamati melalui program-program tidak bermutu yang mereka tayangkan. Sinetron-sinetron yang ada hanya menggambarkan hedonisme dan kisah-kisah percintaan, minim nilai pendidikan, mengumbar aurat, dan mengajarkan kekerasan. Berita yang kita lihat juga lebih banyak menayangkan tentang kriminalitas dan perilaku para pejabat yang haus akan kekuasaan. Bahkan kita tidak lagi dapat menyaksikan adanya acara yang aman ditonton untuk anak-anak. Kalaupun ada sedikit acara bernafaskan Islam, maka akan ditayangkan di waktu-waktu yang tidak strategis.
Dari sini kita bisa melihat bahwa masyarakat memang sedang dikendalikan oleh peradaban yang menggunakan media sebagai sarana penyampaiannya. Mereka menayangkan acara-acara tersebut bukan tanpa maksud dan tujuan. Ada satu pola pemikiran yang berusaha dibangun dan ditancapkan di benak kaum muslimin. Sosok-sosok sebagai figuritas mereka ciptakan sebagai boneka untuk memuluskan aksinya, dari artis, musisi, tokoh politik bahkan mereka yang disebut sebagai ‘cendekiawan’ muslim.
Dampak dari propaganda pun dapat kita saksikan sekarang. Anak-anak yang berpenampilan dewasa di atas usianya mengikuti artis idolanya, bahkan menyanyikan lagu-lagu orang dewasa, menjamurnya pergaulan bebas seperti pacaran di kalangan remaja, termasuk pergaulan bebas dan kejahatan seksual pada anak, wanita-wanita berbusana minim dan bermake-up tebal layaknya artis, dan kerusakan lainnya. Benar-benar dampak sistemik akibat dijauhkannya mereka dari agama.
Maka jika sudah seperti ini, tidak bisa tidak bahwa peran keluarga adalah yang terpenting sebagai usaha pertama untuk membentengi generasi agar tidak terbawa arus kerusakan, yaitu dengan menanamkan akidah Islam yang benar, mengajarkan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat untuk dunia dan akhirat, dan memfilter apa-apa yang datang dari media terutama televisi. Jika perlu, tidak ada televisi pun sebenarnya tidak masalah.
Masyarakat juga harus disadarkan untuk tidak asal menerima sesuatu yang datang dari media terutama yang berasaskan pemikiran dan budaya asing yang tidak sesuai ajaran Islam. Cara menyadarkannya yaitu dengan mendakwahkan Islam kepada mereka secara kontinu dan konsisten.
Dan yang tidak kalah pentingnya, bahwa Negara adalah yang paling berperan dan bertanggung jawab dalam mencegah masuknya budaya-budaya rusak ini ke negeri kaum muslimin, termasuk melalui media. Semua sarana yang berpotensi merusak akidah dan pemikiran kaum muslimin harus diawasi dan jika bisa ditutup aksesnya secara rapat. Dengan begitu, tidak akan ada lagi tayangan-tayangan yang menyesatkan, semua tayangan tidak boleh bertentangan dengan syari’at Islam. Karena syari’at Islam tidak hanya mengurus kepentingan individu saja, tapi kepentingan umat secara keseluruhan. Oleh karena itu, penerapannya wajib dilakukan dalam bingkai sebuah negara. Wallahu’alam.
(fauziya/muslimahzone.com)

0 komentar:

Posting Komentar