Rabu, Juli 16, 2014
0
Kesibukan suami di luar rumah memang tidak terelakkan. Tugas mereka baik karena tanggung jawabnya sebagai penanggung nafkah maupun karena fungsi sosialnya menuntutnya untuk banyak berinteraksi dengan dunia luar. 

Berbeda dengan istri yang memang tugas utamanya menggawangi rumah dan kehidupan anak-anak.
Ada kalanya kesibukan suami di luar terlampau banyak, tak seimbang dengan daya yang dimilikinya.  Suami pun jatuh sakit dan ia pulang ke rumah. Pulang untuk memulihkan kembali kondisinya, untuk dirawat jiwa dan raganya oleh orang-orang tercinta.
Dalam perawatan keluarga di rumah inilah banyak hikmah yang sering kali bermunculan, baik bagi yang dirawat maupun yang merawat, istri dan anak-anak.
Kebersamaan yang berkualitas kadang datang dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Ya, musibah memang salah satu hal yang akan menyibak sebenar-benar kualitas iman dan akhlak. Dalam kondisi sakit tentu suami sangat membutuhkan bantuan keluarga terutama istri. Dan ketulusan istri mendapat ujiannya di sini.
Mungkin jika pada hari-hari sehat tak sempat istri berlama-lama bahkan berhari-hari memeluk dan melihat keseharian suami dari bangun tidur hingga tidur lagi, maka hari-hari sakit mengabulkannya.
Jika pada hari-hari sehat tak terlihat betapa sang suami rajin memuraja’ah hafalannya, semangat dalam ibadah meski dalam kondisi sakit, dan betapa tinggi ketawakalannya, maka pada hari-hari sakit akhlak-akhlak mulia suami dapat terlihat jelas. Kecintaan istri kepada sang suami akan semakin besar. Kerinduan istri dan anak-anak pun dapat tertawarkan.


Hal yang sama dapat pula dirasakan suami. Dengan keberadaannya di rumah suami dapat melihat betapa pontang-pantingnya istri mengurus dirinya, anak-anak, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Cucian piring yang menumpuk, tumpukan pakaian, selimut, seprai yang kadang terkena muntahan sakit, melembutkan hati suami bahwa menyelesaikan semua itu tak mudah bagi istri. Apalagi jika masih ada bayi dan balita dalam keluarga. Di sini, seringkali penghargaan suami atas perjuangan istri menjadi terbarukan. Dan kecintaannya terhadap keluarga menjadi berlipat.
Pun jika ternyata hari-hari sakit benar-benar menguji kesabaran suami-istri, mereka dapat saling bermuhasabah dan akhlak-akhlak yang kurang baik dapat dengan mudah dikoreksi, karena biasanya hati akan menjadi lembut dalam kondisi lemah dan memikul ujian.
Semoga kita senantiasa mampu mengambil hikmah dan bermuhasabah dalam tiap-tiap fase yang bergulir di tengah-tengah keluarga kita, agar kehidupan pernikahan penuh barakah. 
Wallahu’alam. 

(esqiel/muslimahzone.com)

0 komentar:

Posting Komentar