Maka hendaknya suami menyadari bagaimanapun suami menuntut istrinya untuk tetap lurus, tidak berbuat salah, atau kesalahan lain yang serupa dengan kesalahan yang sebelumnya, maka sungguh ini tidak bisa engkau lakukan, kecuali engkau akan berpisah dengan istrimu... Istrimu itu memang berbuat kesalahan, dan engkau ada disana untuk memperbaiki kesalahan itu, engkau menjadi pemimpin dalam rumah tangga bukan hanya untuk dilayani, namun memimpin jalan istri dan anakmu menuju satu jalan lurus di atas sunnah.
Kadang memang dalam perjalanan itu istrimu, yang dibelakangmu, yang mengikuti jalanmu, terkadang lalai dan tidak mengikuti nasihatmu, telah diarahkan kemudian lalai lagi, diarahkan kemudian lalai lagi... itulah keadaan seorang wanita! Jangan engkau cela dia, SEHARUSNYA engkau bersikap lembut kepadanya, membimbing dengan penuh kasih sayang, karena jika engkau bersikeras meluruskannya, maka ia akan pergi darimu, pecah ikatan yang engkau jalin dengan istrimu, dan luluh lantak rumah tangga kalian...
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ، وَِإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلْعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ وَفِيْهَا عِوَجٌ
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang namun padanya ada kebengkokan.” (HR. Al-Bukhari no. 3331 dan Muslim no. 3632)
Al-Imam An-Nawawi rohimahullooh berkata, “Dalam hadits ini ada dalil dari ucapan fuqaha atau sebagian mereka bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam (terdapat khilaf 'ulama dalam hal ini-red).
Allooh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk. Hadits ini menunjukkan keharusan berlaku lembut kepada wanita, bersikap baik terhadap mereka, bersabar atas kebengkokan akhlak dan lemahnya akal mereka. Di samping juga menunjukkan dibencinya mentalak mereka tanpa sebab dan juga tidak bisa seseorang berambisi agar si wanita terus lurus. Wallahu a’lam.”(Al-Minhaj, 9/299)
Karena itu, pada diri wanita, selalu akan ada kebengkokan, sesekali lurus, dan kemudian ada lagi kebengkokan itu, maka jelas kesabaran yang extra selalu diperlukan oleh setiap suami, tidak ada suami yang tidak perlu kesabaran dalam membimbing istrinya. Apabila seorang suami ingin meluruskan istrinya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya niscaya akan mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan.
Maka janganlah engkau mengharapkan kesempurnaan pada diri istrimu, karena dia memiliki kebengkokan, dan bersikaplah baik kepada istrimu dalam nasihat dan teguran, karena perkataan yang KASAR dan teguran yang KERAS, tentu akan mematahkan dirinya, dan hati yang telah patah sangat susah untuk disembuhkan sebagaimana awalnya kembali.
Karena itu terkadang ada istri yang berbuat sesuatu yang kurang baik terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.
Hendaknya suami menyikapi masalah antara istri dan keluarganya (bapak / ibu / saudaranya) dengan kepala dingin dan hati yang luas, dalam menerima laporan satu sama lain, agar menyelesaikan masalah dengan adil, dan menyadari ada kebengkokan pada diri istrinya, jangan langsung menyalahkan istri dengan serta-merta, KALIAN PARA SUAMI lah yang seharusnya meluruskan kebengkokan itu dengan perlahan dan lembut, dan jika ia tetap dalam kebengkokannya, jangan engkau paksa ia untuk segera lurus, dan berilah contoh bagaimana keadaan yang benar dalam bersikap dan bertindah kepada istri, dengan engkau bermu'amalah secara baik kepada keluarga istrimu.
Dan janganlah bosan dalam menasihati istri, tidak ada istilah "salah maning... salah maning...", karena memang suami ada di samping istrinya, untuk menggandeng tangannya DENGAN LEMBUT, meluruskannya jika ada kesalahan, jangan engkau tarik dengan paksa tangannya dan menuruti jalanmu, karena ia akan kesakitan dan menjauh. Dengan kelembutan, akan dimudahkan urusanmu dalam mendidik istrimu, dengan kelembutan, akan membuatnya mudah memahami nasihatmu...
Selanjutnya nasihatku... wahai para suami, engkau bisa bersenang-senang dengan istrimu, bercanda, bermesra, bercumbu dan menikmati keindahan yang dihalalkan Allooh Ta'ala kepadamu. Namun kesenangan itu TIDAK AKAN BISA DINIKMATI tanpa kesabaran suami kepada istrinya, tetap padanya akan ada kebengkokan yang tidak disukai suaminya. Jika seorang lelaki mengharapkan wanita tanpa kebengkokan, maka dia tidak akan senantiasa sendiri tanpa istri, jika dia memiliki istri dan menuntut istrinya tanpa kesalahan, maka ia mempercepat perpisahan dengan istrinya. Berlemah-lembutlah wahai para suami...
Posted by Andi Abu Hudzaifah Najwa
0 komentar:
Posting Komentar