Minggu, April 20, 2014
0
Bismillah…

Semalam aku hanya bisa memejamkan mata beberapa jam saja, sebelum akhirnya beranjak untuk makan sahur. Aku tak bisa terpejam bukan karena ibadah, tapi ada hal keduniawian yang musti diselesaikan :(

Malam itu menjadi malam yang terpahit dalam hidup. Entah apa yang kurasakan, semua kata-kataku seakan tertahan di dada. Itulah diriku, yang tak sanggup mengungkapkan hati melalui lisan. Andaikan ada perlombaan adu mulut saling hujat, sudah barang tentu aku kan mengalami kekalahan, tak bisa membalas. Padahal dalam hati kata-kata / ungkapan itu sudah tertata rapi. Sudahlah, mari kita lanjutkan ke tema awal.

Ada asa yang tak bisa terucap, ada rasa yang tak bisa kugali. Egois, mungkin. Sebab aku tak bisa membagi perasaan ini kepada orang lain. Kalaupun ada tempat untuk kubagi, pasti aku tak sembarang memilih orang. Kalau sudah begini, akupun berpikir bahwa hanya istrikulah orang tepat untukku berbagi cerita. Sayangnya aku belum punya teman seperti itu.

Aku memang mengalami kesulitan tuk menjaga hati. Sebenarnya sumber dari semua permasalahanku adalah ada padaku, pada hatiku. Semua perasaan jelek dari diriku secara otomatis akan keluar jika sedang labil. Seolah aku mempunyai dua sifat dominan yang menguasai hati. Kalau digambarkan, mungkin keduanya berwarna hitam dan putih. Kadang baik, terkadang jahat.

Umum. Baik dan jelek itu sifat yang ada disetiap individu. Termasuk aku. Dan aku merasa sudah keterlaluan, seakan sifat burukku lebih mudah untuk menguasai hati. Mudah-mudahan hanya perasaanku saja yang begitu. Segala cara dan upaya akan tetap dan terus kulakukan untuk menghilangkan noda hitam dalam hati. Setidaknya mengurangi noda itu. Satu harapan, hanya supaya sifat ini tak tertumpahkan pada istri dan anak-anakku kelak.

Menjaga hati itu tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Kuanggap hal itu sebagai sebuah proses pendewasaan diri. Mudah-mudahan berbuah kebijaksanaan dan kearifan, kelak. Aamiin.

Wahai orang-orang yang pernah tersakiti akibat tutur kata, pemikiran, dan tingkah lakuku, sejak aku mukallaf hingga saat ini, terimalah permohonan maafku, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kelapangan dada untuk kita. Terutama untukmu yang semalam tersakiti :’(

Sahabat, percayalah… Jika aku berbuat sesuatu yang menyakiti hati, itu bukan diriku yang sebenarnya. Anggap saja itu adalah hasil kloning diriku yang berwarna hitam. Sungguh tak ada niatan jahat sedikitpun, semua adalah murni kelalaian dan kefasikanku.

Mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla, menyibukkan diri beribadah adalah upaya yang selama ini masih kujalani.

Mari bersama kita jaga hati agar tidak ada orang yang merasa tersakiti. Jika ada diantara kalian yang punya resep menjaga hati yang jitu, tentu aku kan merasa senang jika sharing di sini.




Artikel TUNSA

0 komentar:

Posting Komentar