Minggu, Mei 19, 2013
0
Syekh Sariy As Saqathy (wafat th 253 H./967 M.),
seorang arif & murid sufi besar Ma'ruf Karkhy, pernah berkata, "Tiga puluh tahun aku beristighfar, memohon ampun kepada Allah atas ucapan Alhamdulillah sekali."
"Lho, bagaimana itu?" tanya seorang yang mendengarnya.
"Terjadi kebakaran di Baghdad," kata syeikh menjelaskan, "lalu ada orang yang datang menemuiku dan mengkhabarkan bahwa tokoku (kedaiku) selamat tidak ikut terbakar. Aku waktu itu spontan mengucap, Alhamdulillah. Maka ucapan itulah yang ku sesali selama 30 tahun ini

Aku menyesali sikapku yang hanya mementingkan diri sendiri dan melupakan orang lain."

Selama 30 tahun Syeikh Sariy As Saqathy menyesali ucapan alhamdulillahnya yang hanya sekali.
Beliau menyesal karena sadar - sekejap setelah melafazkan ungkapan syukurnya itu- bahwa dengan ungkapan syukurnya itu bererti beliau masih sangat tebal perhatiannya kepada diri sendiri.

Begitu tebalnya hingga menindih kepekaan perhatiannya kepada sesama.
Beliau tersadar langkah degilnya orang yang mensyukuri keselamatan sebuah toko pada saat keselamatan sesama dan harta benda mereka terbakar habis.

Alangkah musykilnya orang yang sanggup menyatakan kegembiraan di saat musibah menimpa sebagian besar saudara-saudaranya.

Subhanallah ...





|| Dikutip dari buku Kompensasi karya Gus Mus.
Murtakibudz Dzunub –

0 komentar:

Posting Komentar