Kamis, Maret 28, 2013
0
Kata Nabi, "Seorang mukmin bukanlah tukang pemberi celaan, tukang melaknati orang, tukang berkata kotor atau berkata rendah.”

PADA hakikatnya persaudaraan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Dengan persaudaraan interaksi sosial di masyarakat aman, lancar, dan nyaman. Di tempat kerja, suasana persaudaraan menumbuhkan sinergi, saling menolong, dan meningkatkan kinerja.

Dan lebih dari itu, persaudaraan mengundang rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu sudah semestinya kita selalu berupaya menjaga persaudaraan. Jangan beri peluang sekecil apa pun titik api permusuhan membesar dan menghanguskan nilai-nilai persaudaraan.
Apa saja yang mesti kita jaga agar persaudaraan tetap lestari? Jaga Pikiran Persaudaraan hendaknya dijaga dengan selalu berpikir yang baik-baik. Lihatlah hal- hal yang baik dari teman-teman kita. Maka kita akan menemukan sekian banyak kebaikan pada dirinya.

Hal ini dapat menumbuhkan perasaan positif dan menguatkan persaudaraan. Misalnya bila kita melihat salah seorang teman kita tidak hadir dalam hajatan yang kita gelar, maka berprasangkalah yang baik.
Mungkin teman kita itu ada kepentingan yang tak bisa ditunda. Kalau kita mendengar berita negatif bahwa dia sengaja menghindar, jangan langsung ditelan mentah-mentah. Kalau pun ternyata kejadiannya benar, kita percaya saudara kita itu punya alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Janganlah berpikir negatif dengan prasangka yang sepatutnya. Apalagi jika kita kemudian terpancing mencari-cari kesalahannya. Setiap orang tentu punya kelemahan. Kita sendiri juga punya kekurangan. Karena itu jika kita membesarkan hal-hal negatif, maka kita pasti akan menemukan banyak yang negatif dari teman kita itu.
Tidak semestinya persaudaraan yang sudah terjalin lama, hancur hanya karena prasangka. Jauhilah, karena prasangka buruk itu adalah dosa.

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﻛَﺜِﻴﺮﺍً ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺇِﻥَّ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺇِﺛْﻢٌ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺠَﺴَّﺴُﻮﺍ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐْﺘَﺐ ﺑَّﻌْﻀُﻜُﻢ ﺑَﻌْﻀﺎً

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.” (QS: Al-Hujurat [49]:12)

Dengan prasangka baik, komunikasi akan lancar. Kalau pun ada kesalahan akan bisa dijernihkan.
Dengan demikian suasana persaudaraan akan tetap terjaga dan kita pun merasakan nyaman dan bahagia. Jaga Perkataan Berbicaralah dengan baik. Kata- kata yang positif akan menyambung hati dan menumbuhkan persaudaraan.

Sebaliknya kata-kata yang buruk dan negatif bisa memutus dan menyakitkan hati seseorang. Ingat, lidah itu sangat tajam. Bahkan bisa melebihi pedang. Luka tergores pedang bisa sembuh dengan cepat, tetapi luka akibat tersinggung perkataan bisa dibawa sampai mati.
Membicarakan tentang teman juga sangat penting untuk kita jaga nama baiknya. Membicarakan kebaikan teman akan menumbuhkan optimisme dan merekatkan tali persaudaraan.
Sebaliknya membicarakan keburukan teman sama dengan menebar racun yang mematikan. Kalau pun untuk mencari solusi, sampaikanlah hal itu pada orang yang adil dan bijak. Bukan pada sembarang orang yang justru akan membuka aibnya.

Saat membicarakan keburukan teman, seolah orang tidak merasakan apa- apa. Apalagi bila saling menimpali dan menertawakannya, rasanya semakin asyik saja.
Padahal bagi orang yang sedang diperbincangkan, pergunjingan itu jelas menyakitkan. Apalagi jika yang melakukan itu teman sendiri yang telah dipercaya.

Bayangkan jika kita yang sedang jadi korban pergunjingan. Sudah barang tentu jiwa dan hati ini merasa tercabik- cabik. Wajar saja jika dalam al-Qur`an menyamakan pergunjingan dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Sungguh perbuatan menjijikkan yang musti dijauhi.

ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐْﺘَﺐ ﺑَّﻌْﻀُﻜُﻢ ﺑَﻌْﻀﺎً ﺃَﻳُﺤِﺐُّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺃَﻥ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻟَﺤْﻢَ ﺃَﺧِﻴﻪِ ﻣَﻴْﺘﺎً ﻓَﻜَﺮِﻫْﺘُﻤُﻮﻩُ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻮَّﺍﺏٌ ﺭَّﺣِﻴﻢٌ

“…dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Hujurat [49]:12)

Menghadapi perbedaan pendapat, tidak semestinya membuat persaudaraan rusak. Jaga perkataan dengan tetap berusaha empati memahami cara pandangnya. Kita perlu meneladani generasi terdahulu, seperti Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Mereka berbeda pendapat tetapi tetap bersaudara. Mereka memiliki ribuan perbedaan pendapat dalam kitab mereka. Tetapi keduanya tak saling mengeluarkan tuduhan dan berkata negatif.

Kadang kita yang ilmunya tak seberapa sudah berani mencela dan menghujat ulama lain yang jauh lebih dalam ilmunya. Kita sering lebih mengedepankan ego dan hawa nafsu daripada akhlak. Yang demikian itu bukanlah sikap seorang mukmin.
“Seorang mukmin bukanlah tukang pemberi celaan, tukang melaknati orang, tukang berkata kotor atau berkata rendah.” (Riwayat Tirmidzi)

Seorang mukmin semestinya memiliki moral dan spiritual yang baik, sehingga tidak mudah melontarkan tuduhan yang bisa memecah persaudaraan.
Kalaupun harus menasehatinya, tetap dilakukan dengan cara yang bijak dan adil. Generasi salaf terdahulu meski berbeda pendapat namun bisa bersaudara, karena memiliki moral dan spiritual yang tinggi.
Jaga Tindakan Mungkin banyak di antara kita ketika mendengar berita negatif tentang orang lain, terburu bertindak menghakimi. Padahal berita itu belum tentu benar. Bersabarlah jangan terpancing. Jagalah tindakan dengan meminta klarifikasi kepada yang bersangkutan.

Kalaupun menurut kita memang ada yang salah, tugas kita sebagai saudara adalah mengingatkannya agar kembali ke jalan yang benar, bukan langsung bertindak anarkis.

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺇِﻥ ﺟَﺎﺀﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻖٌ ﺑِﻨَﺒَﺄٍ ﻓَﺘَﺒَﻴَّﻨُﻮﺍ ﺃَﻥ ﺗُﺼِﻴﺒُﻮﺍ ﻗَﻮْﻣﺎً ﺑِﺠَﻬَﺎﻟَﺔٍ ﻓَﺘُﺼْﺒِﺤُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﻧَﺎﺩِﻣِﻴﻦَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS: Al Hujurat [49]: 6)

Tindakan yang baik akan mengundang respon yang baik, tindakan yang buruk akan memancing respon yang buruk pula. Berprilakulah yang sopan, maka orang pun akan bersikap sopan dengan kita.
Bahkan seorang preman jalanan yang berhati keras pun akan mau membalas senyuman dan salam kita.
Sebaliknya, bertindaklah kurang ajar, maka saudara kita yang berhati lembut pun bisa bereaksi kasar dengan kita. Sayang bukan jika persaudaraan terkoyak akibat kecerobohan tindakan kita? Dengan akhlak yang baik berbagai perbedaan bisa diselesaikan dengan lebih mudah.

Jangan biarkan musuh bersorak sorai karena kita saling menerkam satu dengan lainnya. Hal itu hanya akan menunjukkan betapa rendahnya akhlak dan jiwa kita. Keagungan Islam justru tertutupi oleh sikap rendah umat Islam itu sendiri.
Karena itu bila ada persengketaan antar kaum Muslimin, jangan sampai justru kita memperkeruh suasana. Ikutlah memperbaiki hubungan mereka. Damaikanlah karena orang- orang beriman, karena kita adalah bersaudara.

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺇِﺧْﻮَﺓٌ ﻓَﺄَﺻْﻠِﺤُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺧَﻮَﻳْﻜُﻢْ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﺮْﺣَﻤُﻮﻥَ

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara saudaramu (yang berselisih) itu dan bertakwalah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS: Al Hujurat [49]: 10)

Persaudaraan adalah nikmat yang harus dijaga. Syukurilah dengan menata pikiran yang baik, berkata-kata yang positif dan tindakan yang berakhlak. Dengan begitu kita mendapat tambahan nikmat dan rahmat yang lebih banyak lagi dalam kehidupan ini. Amin.






Oleh : Hanif Hanan
hidayatullah.com

0 komentar:

Posting Komentar