Jumat, Januari 18, 2013
0
“I was a Christian, now I am a muslim alhamdullilah. I still love Mariam and Jesus (peace be upon him) but in Islam we believe in all Prophets, and Muhammad (peace be upon him) was the last Prophet. We pray to only One God, who create all the mankind and everything. In Arabic we call Him Allah. Islam is religion of peace and brothershood….” Patty dan Beata punya kemiripan cerita mengenai awal memeluk Islam.

Keduanya adalah ‘mantan aktivis gereja yang taat’, dan sering kali menemukan hal-hal yang ‘tidak sesuai’ antara isi al-kitab dengan perbuatan pimpinan/ tokoh agama mereka. Bedanya yang satu ‘Christian’, yang satu lagi ‘katolik’.

Hati yang berontak bukanlah berlangsung sehari-dua hari, melainkan bilangan tahun di usia remaja, saat biasanya disebut ‘sedang focus mencari jati diri’. Patty menanamkan niat dalam dadanya, “Saya harus bisa menentukan mana agama yang benar, yang ‘fair’, yang masuk akal, dan ajaran-ajarannya memang jujur, turun langsung dari Tuhan—yang sebenar-benar Tuhan.”

Beata pun demikian, ia berjumpa Patty saat sama-sama mencoba menanyakan literature Islam kepada seorang syekh yang sedang berada di Islamic Centre Warszawa. Beata dan Patty merasakan hal yang sama, takjub dan terguncang jiwanya, “Bagaikan sedang berjumpa sesuatu hal terhebat dalam hidup ini….” Ujarnya, di kala mereka membuka lembaran surat pertama Al-Qur’an, Al-Fatihah.

Saya takjub pula ketika mereka berkata, “Kan enak ya, dalam Islam… kamu bawa anak-anak ke masjid, kamu ajak shalat bersama. Kalau di tempat kami dulu, anak-anak tidak boleh ikut berdoa, terutama anak-anak yang sering membuat kehebohan. Sewaktu masih kecil, kami sering dijewer gara-gara berlarian atau rewel di dalam ruang gereja. Harus duduk mantap…Kecuali kalau acara theatre di sekolah, kelas religia, pokoknya keterlibatan anak-anak biasanya jika anak sudah bisa duduk manis, mau disuruh duduk teratur, dan mau disuruh baris sampai bosan…”

“Dalam masjid juga tidak boleh rebut, apalagi kalau sedang shalat….” Ujarku.
“Iya, tapi beda banget. Dalam Islam, anak-anak dipandang sebagai makhluk suci, yang sedang harus banyak diajari, diingatkan…. Kalau menurutku, dalam ajaran agama dahulu, anak-anak dianggap sumber kerepotan dan sumber masalah di mana-mana…” cemberut sahabatku itu. “Mungkin semua orang dewasanya lupa kalau mereka juga pernah jadi anak-anak yah? Hehehehe…” kami jadi cekikikan.

“Yang lebih gak masuk akal lagi, juga banyak, sist. Sejak kecil, saya diajari dandan, ngecat kuku, ngecat rambut, dan lain sebagainya. Namun pada saat saya melihat anak-anak muslim, orang tua mereka malah mengajari wudhu, dan berpenampilan yang menutup aurat tubuh. Bahan make up sangat berbahaya untuk kulit kanak-kanak. Waaaah, Saya dulu sering gak mandi lho…. Bangun tidur, cuci muka, dan pakai make-up, kalau ngebayangin yang dulu-dulu, jorok sekali deh rasanya, hehehehe…” ujar Patty.

Tetangga mereka mengatakan bahwa kedua sisters ini sudah masuk sebuah sekte-sekte di pemahaman agama baru. Meskipun keduanya sering kali menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama-Nya, agama nabi Adam, agama yang paling tua, tetap saja hal itu tak didengarkan. Doktrin-doktrin di gereja amat kuat menjejali isi kepala para pengikutnya. Kecuali bagi orang-orang berhati lurus dan memang mencari kebenaran sejati, sebagaimana nasib berbeda, Sister Beata dan Sister Patty tersebut.

“Alhamdulillah, meskipun saya iri, bukan orang yang dibesarkan dengan cara Islam, orang tua bukan muslim. Namun masih beruntung, saya menemukan Islam sebagai jalan hidup, saya harus mensyukurinya, bukan begitu, kan sister?” ujarnya meyakinkan diri, kami mengangguk dan bergantian memeluknya.
Selalu ada kebahagiaan terbersit dalam nurani ketika berdiskusi dengan mereka. Rasanya, “masalah apapun berasa keciiiil” dibandingkan permasalahan hidup mereka, terutama detik-detik pencarian Tuhan, saat mereka menuju cahaya Al-Islam. “Oh, Allah… inikah perasaan nikmat saat mendekap hidayahMU erat-erat? Subhanallah…. Terima kasih yaa Allah….” Semoga rasa syukur padaMu selalu mantap dan kokoh berada dalam hati ini, aamiin.





Oleh : Bidadari-Azzam
dakwatuna.com

0 komentar:

Posting Komentar